Dari beberapa buku yang pernah kupunya waktu ku kecil, salah satu yang paling berkesan adalah buku Kumpulan Dongeng Binatang 1. Buku aslinya berjudul 101 Histoires d'Animaux karangan Anne-Marie Dalmais, dengan ilustrator Benvenuti. Hanya saja, di terjemahan bahasa Indonesianya hanya memuat 91 judul cerita pendek dan puisi.
Seperti lazimnya sebuah buku cerita, yang paling menarik bagi anak-anak tentu ilustrasinya. Benvenuti berhasil membuatku terhanyut dalam dongeng-dongeng Anne-Marie Dalmais, hingga terbawa mimpi. Tentunya peran penerjemah, Listiana alm., juga sangat penting. Penerjemah hebat ini memang ahli menerjemahkan puisi-puisi tentang binatang hingga memiliki rima yang indah. Kalimat-kalimat dalam cerita pendeknya pun sangat luwes, menciptakan cerita-cerita menarik dan menghanyutkan..
Cerita favoritku adalah Pelukis dan Bona Tak Suka Matematika. Pelukis bercerita tentang Bu Kambing yang tinggal di sebuah rumah sempit dan menyebabkan banyak kekacauan karena hobby melukisnya. Setelah membacanya, aku membayangkan memiliki sebuah studio lukis mungil di tengah-tengah kebun yang indah dengan jendela yang lebar. Asyiknya...
Bona Tak Suka Matematika bercerita tentang seekor gajah kecil yang suka mengunjungi neneknya. Neneknya mempunyai sebuah lemari besar berwarna hijau yang istimewa, karena di dalamnya tersimpan benda-benda yang menarik, yang suka diberikan kepada Bona sebagai hadiah sebelum pulang. Aku pun terinspirasi, mengosongkan satu ruang di dalam lemari bajuku, lantas mengisinya dengan barang-barang istimewa milikku. Seru.
Bukan berarti cerita lainnya tak menarik. Apalagi jika ilustrasinya berupa kue-kue yang terlihat menggiurkan, seperti pada cerita Toko Kue Jumbo dan Gurita. Aku yang waktu itu masih kelas 2 SD, sampai hampir menitikkan air liur saat berlama-lama memandanginya.
Buku itu sekarang sudah rusak dan hilang entah ke mana. Makanya, saat tahun 2006 yang lalu aku ke Gramedia Bandung lalu menemukan buku yang sama, langsung saja kubeli. Saat itu anakku belum lahir. Jadi kubacakan saja cerita-cerita di dalamnya sejak ia masih dalam kandungan.
Sekarang anakku hampir lima tahun, dan buku itu sudah lepas sampulnya. Beberapa lembar halamannya pun sudah lepas karena bolak-balik dibaca, terutama sebelum tidur. Anehnya, cerita berjudul Pelukis yang paling sering ia minta aku ceritakan. Kalimat favoritnya adalah komentar Cempe, anak Bu Kambing, saat melihat buncis berwarna biru tersaji di meja makan. Hari itu Bu Kambing memang banyak melukis dengan cat biru! "Buncis biru kelihatan lebih menarik daripada buncis hijau. Apakah perutku nanti akan menjadi biru juga, kalau aku makan buncis biru itu?" begitu komentarnya. Kok bisa ya...